Menyatukan
dua orang yang berbeda menjadi satu dalam sebuah penikahan tentu butuh
adaptasi, termasuk dalam merencakanan keuangan. Keterbukaan jadi kunci utama.
Menjadi pasangan suami istri berarti
memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Untuk itu, pengantin baru harus
memiliki perencanaan yang baik untuk masa depan. Butuh pengertian antar keduannya
untuk menyatukan pandangan. Lantas bagaimana pasangan yang baru membina rumah
tangga harus membangun fondasi keuangan, untuk saat ini dan masa yang akan
datang?
·
Saling terbuka
Ketika menikah, Anda sudah menjadi satu kesatuan
dengan istri/suami. Saat itulah Anda memiliki rencana yang lebih besar dari
sekedar keinginan pribadi, yaitu keluarga. Untuk itu, butuh keterbukaan agar
dapat mencapai tujuan bersama. Akan lebih baik, jika pasangan saling mengetahui
penghasilan masing-masing. Dengan begitu, Anda telah memiliki angka sebagai
fondasi awal merencanakan keuangan keluarga. Tak hanya, terbuka mengenai
pemasukan. Pasangan juga harus saling terbuka mengenai pengeluaran pribadi
masing-masing.
·
Bagi-bagi tugas
Pada umumnya, pos utama keluarga terdiri dari cicilan,
pengeluaran rutin rumah tangga, pengeluaran pribadi, dan investasi. Sebaiknya,
seluruh kebutuhan tersebut dikalkulasikan kemudian dibagi tugas siapa yang
harus membayar. Untuk polanya bisa berbeda-beda tergantung kesepakatan bersama.
Ada beberapa contoh, misal suami memberikan seluruh penghasilannya setelah dikurangi
kebutuhan pribadinya untuk dikelola istri. Dalam hal ini, istri bertindak
sebagai manager. Namun, bisa juga keduanya mengambil peran, misal, suami
membayar cicilan, istri membayar keperluan rutin. Mengenai nominalnya
disesuaikan dengan kesepakatan.
·
Tentukan Prioritas
Alokasi pengeluaran dan investasi keluarga, yaitu
berkisar 40% untuk pengeluaran rutin keluarga, 30% untuk cicilan, 20% keperluan
pribadi, dan 10% investasi. Jika memiliki tujuan yang lebih banyak tentu harus
lebih banyak menabung dan investasi. Namun, sebelumnya Anda harus bisa
membedakan antara kebutuhan dan keinginan jangka panjang. Misal, apakah sudah
butuh membeli mobil sekarang atau sebaiknya nanti setelah punya Anak? Contoh
lain, apakah masih bisa tinggal di rumah mertua atau memang sudah harus tinggal
di rumah sendiri?
·
Satu Akun untuk Tujuan Bersama
Untuk mempermudah mencapai tujuan bersama, sebaiknya
pasangan memiliki akun rekening bersama yang memang khusus untuk keperluan
keluarga. Misal, untuk dana darurat dan dana pensiun.
·
Ubah Pola Hidup
Tentu terjadi perubahan dari yang semula masih lajang
dan kini menjadi suami/istri. Nah, alangkah baiknya Anda juga mengubah pola
atau gaya hidup demi mencapai tujuan yang lebih besar. Misal, mengurangi
frekuensi nonton film di bioskop dan memilih nonton film di rumah, atau lebih
sering masak dan makan bersama dirumah. Selain bisa menghemat, juga bisa
menambah keharmonisan.
·
Investasi dari Sekarang!
Jangan takut memulai berinvestasi. Karena itu adalah salah
satu penghambat tercapainya tujuan keuangan keluarga. Jika Anda masih takut
memulai berinvestasi, mulailah dari investasi dengan resiko yang rendah atau
mulai dari nominal yang kecil. Anda bisa mulai berinvestasi reksa dana dan
emas. Kini sudah ada produk reksa dana Rp200 ribu.
Selian
itu, jangan takut untuk mulai memikirkan berbagai kebutuhan dan rencana jangka
panjang, seperti sekolah anak, naik haji, bahkan hingga menikahkan anak. Dengan
begitu, Anda memiliki motivasi lebih besar untuk berinvestasi. Makin cepat
memulai semakin baik, terlebih sejak
belum memiliki anak. Jadi, mari mulailah berinvestasi dari sekarang!
Hasil wawancara dengan Tejasari, CFP. Tejasari merupakan Independent financial planner Tatadana Consulting. Wawancara
oleh Resi Fahma G
Tulisan ini pernah dimuat di rubrik wealth Adviser, majalah Fortune Indonesia Vol.65 (Juni 2013)
No comments:
Post a Comment