Pages

Wednesday, October 16, 2013

Bagaimana Pengantin Baru Merencanakan Keuangan?

Menyatukan dua orang yang berbeda menjadi satu dalam sebuah penikahan tentu butuh adaptasi, termasuk dalam merencakanan keuangan. Keterbukaan jadi kunci utama.

Menjadi pasangan suami istri berarti memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Untuk itu, pengantin baru harus memiliki perencanaan yang baik untuk masa depan. Butuh pengertian antar keduannya untuk menyatukan pandangan. Lantas bagaimana pasangan yang baru membina rumah tangga harus membangun fondasi keuangan, untuk saat ini dan masa yang akan datang?

·         Saling terbuka
Ketika menikah, Anda sudah menjadi satu kesatuan dengan istri/suami. Saat itulah Anda memiliki rencana yang lebih besar dari sekedar keinginan pribadi, yaitu keluarga. Untuk itu, butuh keterbukaan agar dapat mencapai tujuan bersama. Akan lebih baik, jika pasangan saling mengetahui penghasilan masing-masing. Dengan begitu, Anda telah memiliki angka sebagai fondasi awal merencanakan keuangan keluarga. Tak hanya, terbuka mengenai pemasukan. Pasangan juga harus saling terbuka mengenai pengeluaran pribadi masing-masing.
·         Bagi-bagi tugas
Pada umumnya, pos utama keluarga terdiri dari cicilan, pengeluaran rutin rumah tangga, pengeluaran pribadi, dan investasi. Sebaiknya, seluruh kebutuhan tersebut dikalkulasikan kemudian dibagi tugas siapa yang harus membayar. Untuk polanya bisa berbeda-beda tergantung kesepakatan bersama. Ada beberapa contoh, misal suami memberikan seluruh penghasilannya setelah dikurangi kebutuhan pribadinya untuk dikelola istri. Dalam hal ini, istri bertindak sebagai manager. Namun, bisa juga keduanya mengambil peran, misal, suami membayar cicilan, istri membayar keperluan rutin. Mengenai nominalnya disesuaikan dengan kesepakatan.
·         Tentukan Prioritas
Alokasi pengeluaran dan investasi keluarga, yaitu berkisar 40% untuk pengeluaran rutin keluarga, 30% untuk cicilan, 20% keperluan pribadi, dan 10% investasi. Jika memiliki tujuan yang lebih banyak tentu harus lebih banyak menabung dan investasi. Namun, sebelumnya Anda harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan jangka panjang. Misal, apakah sudah butuh membeli mobil sekarang atau sebaiknya nanti setelah punya Anak? Contoh lain, apakah masih bisa tinggal di rumah mertua atau memang sudah harus tinggal di rumah sendiri?
·         Satu Akun untuk Tujuan Bersama
Untuk mempermudah mencapai tujuan bersama, sebaiknya pasangan memiliki akun rekening bersama yang memang khusus untuk keperluan keluarga. Misal, untuk dana darurat dan dana pensiun.  
·         Ubah Pola Hidup
Tentu terjadi perubahan dari yang semula masih lajang dan kini menjadi suami/istri. Nah, alangkah baiknya Anda juga mengubah pola atau gaya hidup demi mencapai tujuan yang lebih besar. Misal, mengurangi frekuensi nonton film di bioskop dan memilih nonton film di rumah, atau lebih sering masak dan makan bersama dirumah. Selain bisa menghemat, juga bisa menambah keharmonisan.
·         Investasi dari Sekarang!
Jangan takut memulai berinvestasi. Karena itu adalah salah satu penghambat tercapainya tujuan keuangan keluarga. Jika Anda masih takut memulai berinvestasi, mulailah dari investasi dengan resiko yang rendah atau mulai dari nominal yang kecil. Anda bisa mulai berinvestasi reksa dana dan emas. Kini sudah ada produk reksa dana Rp200 ribu.

Selian itu, jangan takut untuk mulai memikirkan berbagai kebutuhan dan rencana jangka panjang, seperti sekolah anak, naik haji, bahkan hingga menikahkan anak. Dengan begitu, Anda memiliki motivasi lebih besar untuk berinvestasi. Makin cepat memulai semakin  baik, terlebih sejak belum memiliki anak. Jadi, mari mulailah berinvestasi dari sekarang!

Hasil wawancara dengan Tejasari, CFP. Tejasari merupakan Independent financial planner Tatadana Consulting. Wawancara oleh Resi Fahma G

Tulisan ini pernah dimuat di rubrik wealth Adviser, majalah Fortune Indonesia Vol.65 (Juni 2013)

No comments:

Post a Comment