Pages

Saturday, December 17, 2011

Wedding Organizer, Sutradara Pesta Pernikahan

Diany memulai usaha Bella Donna ini hanya bermodal kartu nama. Kini usahanya tak hanya wedding organizer tetapi juga majalah The Wedding dan Mahligai, serta Bella Donna Institute

        Diany Pranata Chandra merasa kurang menikmati pesta pernikahannya karena sudah terlalu lelah mempersiapkanya. Bermula dari rasa kurang puas pada pesta pernikahannya 15 belas tahun itulah ia memiliki ingin menjadi wedding organizer.
        Dengan wedding organizer (WO) diharapkan pengantin dapat menikmati moment berharga dalam hidupnya tersebut. Namun, keputusan untuk membuat usaha sendiri tak semudah yang dibayangkan dan butuh banyak pertimbangan. Akhirnya, lecutan dari keluarga lah yang membuatnya yakin melangkah memilih berusaha dan meninggalkan karirnya. 

        “Sampe suatu ketika aku mau gendong anakku yang kecil, anakku lebih milih susternya. Oke, suamiku bilang ‘you have to chose’,” ujar istri dari Chandra Sugiono itu.
        Ia pun kemudian mengisi waktu luangnya setelah tidak bekerja untuk mendirikan Bella Donna Wedding Organizer. Dalam mengembangkan usahanya ini, ia merasa beruntung memiliki jaringan yang telah ia jalin sebelumnya ketika bekerja di Martha Tilaar. Hanya dengan bermodal kartu nama, ia pun memperkenalkan wedding organizernya. Tak sungkan ia menitipkan katru nama pada pihak hotel dan rekan-rekannya designer kenalannya.
        Namun, butuh perjuangan untuk memperkenalkan usaha WO. Anggapan bahwa lebih baik memanfaatkan pihak keluarga dalam penyelenggaraan pesta membuat orang kurang memilih wedding organizer.
        “Jadi tuh ada yang mikir WO tuh pelaksana pesta. Itu salah, yang melaksanakan tetap keluarga. Cuma kadang kan keinginan pengantin dan keluarga beda. Kalau keluarga itu lebih ngga enakan, tapi klo WO akan memberikan saran dan mengkoordinir secara profesional,” tutur Ibu berusia 41 tahun tersebut.
     Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai wedding organizer membuatnya harus menunggu berbulan-bulan mendapatkan klien pertamanya. Diany yang membuka usaha Bella Donna Juni 2000 baru memperoleh klien pada Desember 2000.
       “Saya ingat betul, saya sampai harus ngasih diskon 50 persen. Waktu itu 5 juta dan Saya mau dibayar 2,5 juta sebagai WO, yah yang penting dapat klien,” kenang Diany.
     Kesulitan mendapatkan klien di awal-awal usahanya justru membangkitkan semangat Diany untuk memperkenalkan Wedding Organizer. Pada Jumi 2001, Diany yang memiliki hobby menulis membuat majalah Belladonna The Wedding. Melalui majalah ini ia berharap dapat memberikan edukasi mengenai WO dan pernikahan pada masyarakat.
        "Awalnya kaya bakar duit. Sulit sekali. Keluarga saya terus-terusan menyuruh tutup. Iklan belum dapat, siskulasi seret, dan returnya banyak sekali,” ujar Diany
        Namun, bukan Diany namanya jika menyerah dan berhenti. Perempuan lulusan S2 bidang pemasaran dari Cleveland State University, Amerika Serikat ini justru membuat satu majalah lagi, yaitu majalah pernikahan adat tradisional, Mahligai.
        Misinya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang WO dan pernikahan pun terus berkembang. Pada tahun 2003, Diany mendirikan lembaga pendidikan non formal Belladonna The Institute yang memberikan program pelatihan wedding organizer. Tujuannya adalah untuk mencetak para profesional mandiri yang mampu membuka bisnis organizer nantinya.
        Kini Diany telah memiliki 40 karyawan di Bella Donna yang terdiri dari Bella Donna Wedding Organize, Bella Donna Majalah dan Bella Donna Institute. Jauh berbeda ketika pertama kali berdiri dan sulit mendapat klien, kini dalam satu bulan Bella Donna bisa menangai empat pernikahan.
        Menurut Diany, untuk mempersiapkan pesta yang bagus, biasanya para klien sudah menghubungi Bella Donna delapan hingga satu tahun sebelum hari pelaksanaan. Untuk dapat menikmati jasa wedding organizer Bella Donna menentapkan harga tetap 35 juta rupiah. Menjadi WO menurut Diany, tak ubahnya sebagai sutradara film.
        “Dalam pesta pernikahan itu ada tiga pihak, yaitu yang punya hajat (pengantin dan keluarga), panitia keluarga, dan Vendor (dekorasi, makanan,dll). WO yang mengkoordinir ketiganya ini. Ya jadi seperti sutradara,” jelas perempuan berambut pendek itu. Diany yang dulu bercita-cita menjadi seniman kini merasa bersyukur dan menikmati pekerjaannya saat ini.

Ket:
Wawancara dilakukan November 2011, Jakarta.  

2 comments:

  1. semoga Pemred tempat gw kerja baca ini.. hahaha

    ReplyDelete
  2. haha, emang knp ki pemred lo? eh iya gue lupa lo di media apa?

    ReplyDelete