Pages

Monday, October 21, 2013

Membuat Ide Bekerja

Berbagai ide kreatif dan inovatif di dunia digital industri yang Andi Surja Boediman temui menjadi pijakan awalnya dalam mengibarkan Ideosource. Digital venture capital ini pun tumbuh dengan orientasi global dengan menggandeng perusahaan dan investor, baik lokal maupun luar negeri.

Oleh Resi Fahma G.

Siang di akhir bulan lalu, kami – reporter dan fotografer Fortune Indonesia, memiliki janji bertemu dengan Andi Surja Boediman di sebuah restoran, di mall Plaza Senayan. Dengan kemeja merah kotak-kotak dan celana jeans, sosoknya terlihat santai. Ketika kami datang, ia sedang berbincang dengan seorang mitra bisnisnya. “Sebentar ya, saya selesaikan dulu,” ujar Andi. Tak lama berselang, ia pun menghampiri kami dan memulai perbincangan.

Rapat, baik di kantor atau pun di luar kantor memang menjadi bagian yang tak terpisahkan baginya. Mulai dari membahas potensi perusahaan yang akan ia beri modal, hingga operasional dan managemen perusahaan tersebut. Ya, Andi memang tengah sibuk menyeleksi sejumlah start up untuk diberi investasi modal oleh Ideosource, venture capital yang ia dirikan sejak Juli 2011.

Bertemu dengan banyak pendiri perusahaan yang kreatif dan inovatif menjadi ide awal baginya untuk mendirikan venture capital. Itu pula yang menjadi dasar penamaan Ideosource. Pengalamannya sebagai Chief Innovation Officer (CIO) plasa.com, anak usaha PT Telkom Indonesia, menjadi pijakan sekaligus memperkaya perspektifnya dalam berinovasi. Menurutnya, butuh sinergi yang tepat dalam mengembangkan sebuah produk digital, baik secara top down ataupun bottom up. “Saya percaya dua-duanya perlu lahir. Makanya saya buat ideosource,” Ujar Direktur PT Ideosource Asia ini.  Oleh sebab itu, Ideosource tak sekedar memberikan pendanaan, namun juga memberikan nilai lain, yaitu bimbingan, kemitraan strategis, dan inkubasi.

Bagi startup yang belum memiliki managemen solid, Ideosource akan melakukan inkubasi dengan memberikan bantuan pengelolaan managemen, dukungan bisnis, serta akses ke pasar. Selain itu, juga dilakukan bimbingan dan kemitraan strategis.

Sehingga selain memberikan modal, ia juga memberikan masukan dan membantu pengembangkan perusahaan, mulai dari membantu memberikan akses jaringan dan pasar hingga mengawasai pengelolaan perusahaan. “Kita ketemu tiap minggu, kita bantub apa itu channel, revenue, legalaccess to marketproduct. Jadi setiap angle kita ajak ngobrol. Kita bimbing,“ jelas Andi

Sekitar 200 perusahaan telah ia temui. Puncaknya, tahun 2012 lalu saat Ideosource Incubation Audition, ajang pencarian enterpreneur digital industri berbakat. Dalam acara tersebut ia menyeleksi 150 startup di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Malang. “Capenya industrinya masih baru. Cape keliling-keliling, cape ketemu. Ya bayangin aja dari 150, terpilih 50, ujung-ujungnya 6 yang diinvestasikan,” ujarnya. “Apa ga cape itu? Ya memang ada gep. Ya tapi harus dijalanin. Enaknya 3-5 tahun lagi. Tapi kalau saya mulainya nanti 3-5 tahun ya telat.”

Bukan perkara mudah menemukan perusahaan yang akan dijadikan mitra bisnis. Bagi Andi, terdapat tiga  faktor penting dalam memilih perusahaan atau pun start up. Pertama, value founder. “Aura saat ketemu penting banget bagi saya. Saya bisa lihat orang ini bisa cocok atau ngga. Pertemuan pertama itu penting banget,” tuturnya. Selain itu, kemampuan fundamental, baik pengalaman maupun pengetahuan dan pemahaman market yang baik juga menjadi penilaian penting.

Hingga saat ini, Ideosource telah memiliki 10 portofolio. Perusahaan pertama yang diberi suntikan modal yaitu TouchTen, game developer lokal berbasis iOS yang berhasil menembus pasar luar negeri. Game yang dikembangkan perusahaan itu antara lain, Sushi Chain dan Infinite sky. Portofolio investasi lainnya, yaitu Kark, platform edukasi mobile dan Saqina.com, startup e-commerce yang fokus menjual busana muslim.

Tak hanya perusahaan dalam negeri, Ideosource juga menggaet perusahaan digital dari Singapura, yaitu Gimmieworld, yang fokus pada platform user loyalty and reward. Sedangkan enam perusahaan lainnya berasal dari pemenang Ideosource Incubation Audition. “ Yang enam ini masih dalam persiapan, Maret baru akan di-publish,” ujarnya. Namun, Andi enggan menyebutkan nilai investasi di masing-masing perusahaan tersebut.

Perusahaan yang memiliki modal awal US$ 5 juta tersebut memiliki klasifikasi tersendiri dalam memberikan dana. Pendanaan pertama bagi perusahaan kecil, yaitu sekitar US$ 200 ribu. Untuk pendanaan berikutnya, saat perusahaan sudah memiliki bisnis model yang baik akan diberi US$200-500 ribu. Dan pendanaan ketiga, yaitu untuk memperbesar skala perusahaan, dimana pendapatan perusahaan juga sudah cukup besar. Jumlah dana di fase ini, bergantung pada kebutuhan.

Managemen Ideosource terbilang ramping dengan tim yang kurang dari 10 orang. Selain Andi, juga terdapat Edward Ismawan Chamdai, serta Andrias Ekoyuono sebagai Vice President Business Development, dan Sugiono Wiyono sebagai investment committee. “Yang lainnya lebih ke tim operation,” ujar Andi.

Andi mengatakan tak seluruh perusahaan digital industri membutuhkan modal uang. Gimmieworld misalnya. Perusahaan asal Singapura tersebut membutuhkan strategic value berupa akses ke pasar untuk memperluas jaringan dan penetrasi ke dalam negeri. Namun, untuk sinergi kerjasama Ideosource melakukan investasi ke Gimmieworld. “Value uang penting. But it’s not the reason why you work with us. Yang punya uang lebih besar dari kita banyak, tapi yang punya value seperti kita sulit.” ujar.

Visi global yang dimiliki Andi menggiring Idosource tak hanya menjadi digital investment lokal, tetapi juga menggaet perusahaan dari luar negeri. Tak berhenti sampai disitu, Ideosource - kini modalnya masih berasal dari dua investor lokal, juga tengah menjajaki investor dari luar negeri, seperti Amerika dan Jepang.

Ia menargetkan hingga 2016, dapat mengumpulkan modal investasi sekitar US$20 juta – 30 juta. Dana tersebut akan diinvestasikan kepada sekitar 30-40 perusahaan, bergantung pada skala perusahaan. Melalui sistem venture capitalreturn on investment dapat dicapai sekitar 5 tahun. Perusahaan juga akan mendapatkan management fee. Kemudian setelah pay back period dan dipotong hurdle rate (tingkat keuntungan yang dipersyaratkan atau yang diharapkan), venture capital juga akan mendapat laba 20%.  

Ideosource memiliki porsi saham minoritas sekitar 30% diperusahaan dan duduk di kursi komisaris. “Kita belum mau terlibat di operation. Biar mereka juga membuktikan diri mereka dulu dalam mengoperasikan perusahaan,” ujar Andi.  

Digital industri secara keseluruhan merupakan industri yang masih cukup muda. Infrastruktur dan ekosistem digital Indonesia yang masih jauh tertinggal dibandingkan negara lain memang jadi tantangan besar bagi para pengusaha start up. Meskipun begitu, besarnya pasar di indonesia mampu menjadi magnet bagi banyak orang untuk berlomba membentuk startup.

Bahkan, Daniel Haryanto, Pengamat digital media dari Prasetya Mulya mengatakan pertumbuhan startup digital industri dalam dua tahun terakhir mengalami lonjakan yang sangat tinggi. Hal ini dipacu oleh makin tingginya penggunaan smartphone dan akses internet. Salah satu startup yang berkembang pesat adalah konten, yang terdiri dari 40% informasi dan 60% game.

Menurut Daniel, memang tidak ada data pasti jumlah startup digital saat ini. Namun, dari sejumlah sumber yang ia ketahui terdapat sekitar 1500 startup. Ia memperkirakan pertumbuhan jumlah startup di tahun ini bisa mencapai 50%. “setiap hari itu keluar lagi yang baru,” ujarnya.

Namun, sayangnya tak semua startup mampu bertahan lama. Kurangnya komitmen pendiri, ketidaksabaran, dan managemen yang buruk menjadi bagian dari penyebab tutupnya startup. Selan itu, sulitnya memperoleh sumber modal juga menjadi tantangan bagi startup. Dari sisi perbankan yang konservatif dengan persyaratan dan birokrasi yang sulit, membuat ruang gerak startup untuk memperoleh modal sangat sempit.

“Investor lokal terhadap startup itu belum seperti di luar negeri. Umumnya masih koservatif berpikirnya : berani kasih untung berapa, balik berapa tahun. Konglomerasi besar kan banyak uang, tapi kurang berani untuk inject money,” ujarnya.

Menurut Daniel, dalam kondisi seperti ini, venture capital memiliki peran penting dalam pengembangan startup. Tak sekedar memberi bantuan dalam hal uang, tapi juga bimbingan dan inkubasi bagi para pengusaha baru untuk dapat mengembangkan startup. Namun, sayangnya pertumbuhan venture capital berbasis digital industri masih terbilang rendah yaitu 10% pertahun. “Kebanyakan Venture capital itu masih melihat usaha yang real, yang terlihat barang jualannya dan besaran untungnya,” ujarnya.

Besarnya pertumbuhan startup mendorong kebutuhan modal yang juga besar. Bahkan, menurut Daniel, kini muncul tren situs crowdfounding yang menjadi solusi dalam merealisasikan ide kreatif, bukan hanya bagi digital industri, tapi juga industri kreatif. Situs tersebut akan menghimpun dana sebanyak mungkin orang untuk merealisasikan ide kreatif.

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Fortune Indonesia, Vol.57





Wednesday, October 16, 2013

Asuransi dan Investasi : Ibarat Rel Kereta

Ingin tenang saat ini dan nanti? Asuransi dan investasi jawabannya. Keduanya, sama penting dan saling melengkapi, namun harus dipisahkan.

Pilih asuransi atau investasi? Keduanya! Misalkan, Anda hanya membeli premi asuransi secara rutin namun tidak berinvestasi. Tanpa investasi Anda tak memiliki modal menjalani hari tua. Sebaliknya, investasi tanpa asuransi juga tak berarti. Anda yang sudah menyisihkan dana untuk investasi, kemudia tiba-tiba sakit lalu meninggal di usia muda. Toh, Anda tak bisa menikmati hasil investasi dan hasil investasi untuk keluarga pun belum optimal.

Meskipun keduanya penting, jangan satukan asuransi dengan investasi karena fungsinya yang berbeda-meskipun saat ini  produk asuransi sekaligus investasi (unitlink) tengah marak ditawarkan. Resiko dan biaya unitlink sangat tinggi. Hal ini disebabkan perusahaan asuransi harus melimpahkan kegiatan investasi ke perusahaan investasi (manager investasi).

Padahal, jenis investasi yang ada di unitlink, yaitu reksadana dapat dibeli langsung di manager investasi. Selain lebih murah -karena tanpa perantara, nasabah pun dapat mengetahui lebih detail portofolio di reksadana tersebut. Nasabah pun dapat dengan mudah mengubah portofolio apabila tidak puas dengan kinerjanya. Jelas lebih fleksibel dan hasilnya pun lebih maksimal.

Investasi memiliki orientasi untuk masa depan, berbeda dengan asuransi yang berfungsi sebagai proteksi. Terdapat berbagai jenis asuransi yang bisa dimiliki, yaitu asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, asuransi kebakaran rumah, dan asuransi kendaraan. Kelimanya sebaiknya Anda miliki. Namun, apabila kondisi keuangan belum memenuhi semuanya atau Anda masih lajang, sebaiknya dahulukan asuransi kesehatan. Jika tempat Anda bekerja sudah menyediakan fasilitas asuransi kesehatan, Anda bisa memfokuskan ke jenis asuransi lain.

Setelah asuransi kesehatan, Anda bisa menambah asuransi jiwa. Kendaraan dan rumah juga sebaiknya diasuransikan. Sebab, jika terjadi sesuatu dan Anda tidak memiliki asuransi, dana investasi bisa terkuras. Hal ini tentu akan mengganggu rencana keuangan Anda.

Terdapat berbagai ragam dari tiap jenis asuransi. Untuk asuransi kesehatan, sebaiknya pilih untuk rawat inap tanpa rawat jalan. Selain premi rawat jalan yang lebih mahal, sakit ringan, seperti flu bisa ditangani sendiri dan murah.

Selain itu, terdapat asuransi penyakit kritis (critical illness insurance). Sebetulnya, asuransi kesehatan saja sudah cukup karena pada umumnya sudah mencakup penyakit kritis. Namun, pada asuransi penyakit kritis limit klaimnya lebih besar.

Persyaratan agar dana asuransi penyakit kritis bisa cair terbilang cukup berat. Untuk sakit ginjal misalnya, pemegang polis harus manjalani transplatasi ginjal dan cuci darah. Dengan kata lain, kondisi pemegang polis memang benar-benar kritis.

Ketimbang membayar premi yang lebih mahal untuk asuransi penyakit kritis, lebih baik premi tersebut untuk asuransi jiwa agar unit penyertaan yang diperoleh lebih tinggi. Anda pun dapat meninggalkan dana lebih besar bagi keluarga apabila Anda meninggal.

Dalam asuransi, baik kesehatan atau jiwa, Anda harus teliti mengisi surat permohonan asuransi (SPA). Jika ternyata, Anda memiliki riwayat penyakit sedangkan dalam SPA anda tidak menulisnya, maka klaim dan asuransi tidak akan bisa cair. Jadi, wajib untuk mengisi surat permohonan asuransi sendiri, tidak diwakilan orang lain. Anda pun harus teliti ilustrasi polis asuransi yang diberikan agen sebelum memutuskan membeli asuransi.

Namun, asuransi sebagai proteksi tak selamanya bisa diandalkan. Pada umumnya, perusahaan asuransi tak menerima permohonan asuransi bagi mereka yang telah lanjut usia. Bahkan, sekalipun Anda telah memiliki asuransi sejak muda dan membayar premi secara rutin, perusahaan asuransi bisa saja tidak memperpanjang polis karena Anda dianggap sudah tidak menguntungkan –biaya penyakit Anda melebihi premi yang Anda bayar. Perlu dipahami bahwa terdapat dua pihak yang bisa memutuskan atau memperpanjang polis asuransi, yaitu pemegang polis dan perusahaan asuransi.

Ketika asuransi tak lagi mau menerima Anda, investasilah yang jadi pegangan Anda. Dana kesehatan dihari tua bisa Anda peroleh dari hasil investasi yang telah Anda pupuk sejak muda. Untuk investasi jangka panjang, portofolio investasi properti, saham, dan reksadana bisa jadi pilihan.

Asuransi dan Investasi harus dilakukan sejak muda. Keduanya ibarat rel kereta api yang berjalan beriringan namun tak pernah bertemu. Keduanya menggiring Anda menuju kehidupan yang lebih nyaman.

Berikut adalah 8 pos pengeluaran :
  1. Zakat dan sedekah : 2,5-10%
  2. Utang                     : <30%
  3. Asuransi                 : <10%
  4. Investasi                 : 10-20%
  5. Pendidikan              : 10-15%
  6. Biaya hidup             : 60%.
  7. Rekreasi                  : <5%
  8. Hiburan (lifestyle cost) <5%

*besarnya disesuakan dengan kebutuhan dan profil resiko
  

Hasil wawancara dengan Freddy Pieloor, perencana keuangan dari Financial Planning and Consulting Money and Love. Wawancara oleh Resi Fahma G

Tulisan ini pernah dimuat di majalah Fortune Indonesia Vol.71 (September 2013)

Bagaimana Pengantin Baru Merencanakan Keuangan?

Menyatukan dua orang yang berbeda menjadi satu dalam sebuah penikahan tentu butuh adaptasi, termasuk dalam merencakanan keuangan. Keterbukaan jadi kunci utama.

Menjadi pasangan suami istri berarti memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Untuk itu, pengantin baru harus memiliki perencanaan yang baik untuk masa depan. Butuh pengertian antar keduannya untuk menyatukan pandangan. Lantas bagaimana pasangan yang baru membina rumah tangga harus membangun fondasi keuangan, untuk saat ini dan masa yang akan datang?

·         Saling terbuka
Ketika menikah, Anda sudah menjadi satu kesatuan dengan istri/suami. Saat itulah Anda memiliki rencana yang lebih besar dari sekedar keinginan pribadi, yaitu keluarga. Untuk itu, butuh keterbukaan agar dapat mencapai tujuan bersama. Akan lebih baik, jika pasangan saling mengetahui penghasilan masing-masing. Dengan begitu, Anda telah memiliki angka sebagai fondasi awal merencanakan keuangan keluarga. Tak hanya, terbuka mengenai pemasukan. Pasangan juga harus saling terbuka mengenai pengeluaran pribadi masing-masing.
·         Bagi-bagi tugas
Pada umumnya, pos utama keluarga terdiri dari cicilan, pengeluaran rutin rumah tangga, pengeluaran pribadi, dan investasi. Sebaiknya, seluruh kebutuhan tersebut dikalkulasikan kemudian dibagi tugas siapa yang harus membayar. Untuk polanya bisa berbeda-beda tergantung kesepakatan bersama. Ada beberapa contoh, misal suami memberikan seluruh penghasilannya setelah dikurangi kebutuhan pribadinya untuk dikelola istri. Dalam hal ini, istri bertindak sebagai manager. Namun, bisa juga keduanya mengambil peran, misal, suami membayar cicilan, istri membayar keperluan rutin. Mengenai nominalnya disesuaikan dengan kesepakatan.
·         Tentukan Prioritas
Alokasi pengeluaran dan investasi keluarga, yaitu berkisar 40% untuk pengeluaran rutin keluarga, 30% untuk cicilan, 20% keperluan pribadi, dan 10% investasi. Jika memiliki tujuan yang lebih banyak tentu harus lebih banyak menabung dan investasi. Namun, sebelumnya Anda harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan jangka panjang. Misal, apakah sudah butuh membeli mobil sekarang atau sebaiknya nanti setelah punya Anak? Contoh lain, apakah masih bisa tinggal di rumah mertua atau memang sudah harus tinggal di rumah sendiri?
·         Satu Akun untuk Tujuan Bersama
Untuk mempermudah mencapai tujuan bersama, sebaiknya pasangan memiliki akun rekening bersama yang memang khusus untuk keperluan keluarga. Misal, untuk dana darurat dan dana pensiun.  
·         Ubah Pola Hidup
Tentu terjadi perubahan dari yang semula masih lajang dan kini menjadi suami/istri. Nah, alangkah baiknya Anda juga mengubah pola atau gaya hidup demi mencapai tujuan yang lebih besar. Misal, mengurangi frekuensi nonton film di bioskop dan memilih nonton film di rumah, atau lebih sering masak dan makan bersama dirumah. Selain bisa menghemat, juga bisa menambah keharmonisan.
·         Investasi dari Sekarang!
Jangan takut memulai berinvestasi. Karena itu adalah salah satu penghambat tercapainya tujuan keuangan keluarga. Jika Anda masih takut memulai berinvestasi, mulailah dari investasi dengan resiko yang rendah atau mulai dari nominal yang kecil. Anda bisa mulai berinvestasi reksa dana dan emas. Kini sudah ada produk reksa dana Rp200 ribu.

Selian itu, jangan takut untuk mulai memikirkan berbagai kebutuhan dan rencana jangka panjang, seperti sekolah anak, naik haji, bahkan hingga menikahkan anak. Dengan begitu, Anda memiliki motivasi lebih besar untuk berinvestasi. Makin cepat memulai semakin  baik, terlebih sejak belum memiliki anak. Jadi, mari mulailah berinvestasi dari sekarang!

Hasil wawancara dengan Tejasari, CFP. Tejasari merupakan Independent financial planner Tatadana Consulting. Wawancara oleh Resi Fahma G

Tulisan ini pernah dimuat di rubrik wealth Adviser, majalah Fortune Indonesia Vol.65 (Juni 2013)

Memapankan Investasi di Usia Mapan

Karir yang terus menanjak  jadi kondisi ideal untuk berinvestasi. Namun, bagaimana menjaga konsistensi berinvestasi di tengah kebutuhan yang juga terus bertambah?

Memasuki usia 30, seseorang biasanya sedang menapaki jenjang karir yang lebih tinggi. Dengan penghasilan yang semakin tinggi, porsi pemasukan untuk investasi juga berpeluang semakin bertambah. Namun, di usia tersebut pada umumnya seseorang telah berkeluarga, yang berarti memiliki tanggungan yang lebih besar. Kebutuhan biaya, seperti untuk biaya sekolah anak dan renovasi rumah, bisa jadi ancaman bagi kantong investasi.

Jika sudah begitu, bukan tidak mungkin konsistensi berinvetasi yang telah dilakukan sejak lama bisa terganggu. Untuk mengatasi hal tersebut, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan, antara lain :
  • Tentukan Niat awal berinvestasi. Anda harus memiliki tujuan awal untuk apa investasi dilakukan, misal untuk beli mobil. Dengan begitu Anda akan lebih termotivasi dengan apa yang dicita-citakan.
  • Ketahui tenggang waktu dan uang yang dibutuhkan. Dengan mengetahui tujuan investasi, maka Anda bisa mengetahui tenggang waktu untuk dapat memperoleh uang yang dibutuhkan. Dengan begitu, portofolio investasi dapat dipilih dengan tepat. Misal, untuk investasi jangka panjang sekitar di atas 3 tahun, Anda dapat memilih reksadana saham.
  • Sisihkan dana investasi di Awal. Sebelum penghasilan Anda terpakai untuk memenuhi kebutuhan, sebaiknya langsung potong 20% pendapatan untuk investasi. Misal, satu atau dua hari setelah gajian.
  • Tetap sesuaikan antara kebutuhan dan alokasi investasi. Apabila membutuhkan pengeluaran tiba-tiba ataupun kebutuhan tambahan di luar kebutuhan inti, Anda bisa menggunakan dana cadangan. Namun, jika ternyata dana cadangan belum bisa menutup kebutuhan tersebut, Anda bisa mengurangi jumlah investasi Anda. Tapi, dengan catatan Anda memilih produk investasi yang dapat memberi imbal hasil yang lebih tinggi sehingga tetap dapat memenuhi target investasi.

Saat semakin mapan, seseorang harus lebih berhati-hati mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan. Pendapatan yang semakin tinggi tersebut hendaknya disisihkan juga untuk kehidupan di masa yang akan datang.


Hasil wawancara dengan Eko Endarto, perencana keuangan Financia Consulting. Wawancara oleh Resi Fahma G. 

Tulisan pernah dimuat di majalah Fortune Indonesia Vol.55 (Desember 2012)

Membuat Investor Lokal Menikmati Manisnya Reksa Dana

Bursa saham Indonesia terus menunjukan performa mengkilap. Kinerja rata-rata IHSG sepanjang 2012 tercatat sebesar 12,9%. Meskipun kondisi ekonomi global belum sepenuhnya stabil, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebagian besar ditopang dari konsumsi dalam negeri membuat IHSG tetap mampu bergeliat di tengah hembusan gangguan angin global.

Namun, pertumbuhan positif tersebut justru lebih banyak dirasakan oleh investor asing dengan kepemilikan saham di bursa hingga 58%. Sedangkan jumlah investor lokal masih sangat minim, yakni sekitar 400 ribu rekening efek.

Minimnya pengetahuan menjadi penyebabnya. Meski mengetahui imbal hasil saham cukup tinggi, namun masih banyak masyarakat yang takut karena berinvestasi di saham dinilai memiliki resiko yang lebih besar. Padahal, investor ritel juga bisa menikmati manisnya kinerja bursa domestik tanpa harus pusing menghadapi fruktuasi  saham.

Priscilla Audy (25) misalnya, sudah setahun belakangan ini ia membeli reksa dana saham. Menurutnya, reksa dana saham memiliki kinerja yang bagus tanpa ia harus pusing dan terlalu ambil resiko seperti membeli saham secara langsung. “Kenapa beli reksa dana ya karena dalam lima tahun ke depan mau DP rumah. Ya dapetnya dari investasi ini,” ujar Audy yang melakukan pembelian unit penyertaan reksa dana secara reguler tiap bulan di dua perusahaan Manajer Investasi.

Berdasarkan data index reksa dana PT Infovesta Utama dalam tiga tahun terakhir (16 April 2010-16 April 2013), pertumbuhan reksa dana saham mencapai 46%, reksa dana campuran 36%, dan reksa dana pendapatan tetap 32%.

Vilia Wati, analis PT Infovesta Utama mengatakan reksa dana saham masih menjadi pilihan menarik untuk berinvestasi. Menurutnya, tahun ini reksa dana saham berpeluang mencatat pertumbuhan 11% hingga 15%. Sedangkan reksa dana pendapatan tetap 5-7%, dan reksa dana campuran 8-12%.

Berinvestasi di reksa dana kini relatif lebih mudah dan murah. Sejumlah manajer investasi telah menyajikan produk yang dapat dibeli mulai dari Rp100 ribu. Michael Tjoajadi, Chief Executive Officer PT Schroder Investment Management Indonesia mengatakan berinvestasi di reksa dana secara reguler merupakan salah satu cara bagi investor ritel untuk mempersiapkan kebutuhan finansial di masa yang akan datang.

Namun, sayangnya, ketidaktahuan masyarakat mengenai reksa dana jadi penyebab rendahnya penetrasi reksadana di Indonesia. Lebih dari itu, edukasi tentang reksadana harus dilakukan secara mendalam meningat produk reksdana tidak terlepas dari resiko. “Jumlah populasi kita 240 juta orang. Orang yang bankable itu 60 jutaan orang. Yang investasi di reksadana baru 300 ribuan. Jadi potensinya masih besar kan,” ujarnya.

Total dana kelolaan reksa dana atau asset under management (AUM) saat ini sebesar Rp189,2 triliun, per Maret 2013. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingan instrument investasi perbankan deposito, yang mencapai  Rp1.381 triliun per Desember 2012.

Ruang lapang industri reksadana untuk tumbuh menjadi ajang unjuk gigi para manajer investasi (MI) dalam memikat nasabah. Ya, return reksadana yang memuaskan menjadi daya tarik utama bagi produk reksa dana.

Michael Tjoajadi, pimpinan manajer investasi terbesar di Indonesia mengamini hal tersebut. Menurutnya, dibutukan tactical asset allocation yang tepat dalam mengelola reksadana, yakni perpindahan dari saham, pasar uang, dan obligasi. “Dan pintar-pintar memilih stock yang bagus dan murah. Jangan yang bagus dan mahal, apalagi jelek mahal,” ujarnya yang masih menjadikan saham-saham bluechip sebagai penopang kinerja reksadana.

Untuk dapat mencetak performa reksa dana yang mengkilap jelas dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten. Baginya, intergrity, value dan loyalty dari sumber daya manusia jadi kunci terpenting dibalik keberhasilan perusahaan. “Kita memiliki keunggulan dibandingkan dengan yang lain. Rata-rata pekerja kita itu kurang lebih telah bekerja 9 tahun di perusahaan ini,“ tuturnya.

Schroder saat ini menjadi MI dengan dana kelolaan reksa dana terbesar di Indonesia sebesar Rp38,9 triliun per Maret 2013. Dana kelolaan terbesar kedua yaitu perusahan MI asing lainnya PT BNP Paribas Investment Partners sebesar Rp26,7 triliun.

Ya, selain investor asing yang menguasai bursa, MI asing di Indonesia juga memiliki porsi penguasaan dana kelolaan yang besar. 16 MI asing yang ada menguasai sekitar Rp 111,73 triliun atau 59% dari total kelolaan dana sebesar Rp 189,2 triliun per Maret 2013.

Pengalaman serta sistem yang ada di perusahaan dalam mengelola dana menjadi modal utama yang membuat MI asing mampu memperoleh dana kelolaan reksa dana yang tinggi. Selain itu, menurut Muhammad Hanif, Direktur Utama PT Mandiri Manajer Investasi (MMI), MI asing memiliki kerjasama yang baik dengan bank asing. “Mereka sudah punya global agreement, sehingga prosesnya lebih mudah saat due dilligent,” ujarnya.

Pertumbuhan nasabah retail reksadana melalui bank asing terbilang lebih baik dibandingkan dengan bank domestik. Hal ini disebabkan bank asing memang fokus pada fee based income, sedangkan bank lokal lebih terkonsentrasi pada funding.

Meskipun begitu, gairah Manajer Investasi lokal terus menunjukan tren positif. PT MMI misalnya, perusahaan yang berdiri tahun 2004, kini telah memiliki AUM Rp17,8 triliun. Perusahaan MI lokal dengan dana kelolaan terbesar itu mampu tumbuh 152% dalam empat tahun.

Dalam melakukan strategi investasi, secara berkala perusahaan setiap tiga bulan melakukan rapat komite investasi untuk melihat kondisi pasar dan membuat outlook, serta memutuskan strategi investasi, seperti memilih sektor dan melakukan rebalancing.

Seperti halnya Schroder yang menghindari sektor komoditas pada tahun ini. MMI juga lebih fokus masuk ke sektor konsumsi dan infrastruktur. Faktor fundamental menjadi fondasi utama dalam memilh emiten. “Kita lihat global pengaruhnya kepada kita. Tapi kayanya ngga terlalu besar juga. Karena ekonomi kita kan 60-70 persen itu kan dipacu oleh konsumsi dalam negeri,“ imbuh pria yang ingin menjadikan MMI sebagai MI terbesar di Indonesia dalam beberapa tahun mendatang.

Untuk meningatkan penjualan unit penyertaan reksa dana, perusahaan berencana melebarkan sayap ditribusi. Hingga saat ini perusahaan  telah bekerjasama dengan 13 bank untuk menjual reksadana. Selain itu, MMI akan mendirikan kantor perwakilan di Surabaya, Medan dan Bandung dalam beberapa tahun mendatang. Tahun ini perusahaan yang memiliki 50 karyawan tengah melakukan penerimaan pegawai baru.


Tantangan mengembangkan industri reksa dana sebetulnya tak hanya meningkatkan jumlah investor ritel reksadana. Melainkan juga menambah jumlah perusahaan yang melantai di bursa saham. Hingga saat ini terdapat 466 perusahaan terbuka. Bandingkan dengan jumlah perusahaan terbuka di India yang lebih dari 5000 perusahaan.  Jumlah ini, menurut Michael Tjoajadi masih dibawah potensi yang sebenarnya. “Dengan lebih banyak company, lebih banyak investor. Perekonomian kita akan bisa lebih giat. Idealnya kita bisa 1000-2000 perusahaan,” ujarnya.


Oleh Resi Fahma G

Tulisan ini pernah dimuat di majalah Fortune Indonesia Vol.62 (Terbit minggu pertama dan kedua Mei 2013)