Pages

Saturday, December 17, 2011

Pendonor Aferesis Masih Minim

Donor Darah Siaga

         Selain Blood for life, ada juga Donor Darah Siaga yang merupakan bagian dari komunitas Gerakan Berbagi (@gerakanberbagi). Donor Darah Siaga ini merupakan wadah berbagi darah khususnya untuk darah aferesis.
         Sulitnya mencari pendonor aferesis karena proses pendonoran yang lama menjadi permasalahan utama bagi penderita kanker. Proses screening yang hasilnya baru keluar 6-8 jam  berpacu dengan waktu dan nyawa penderiita kanker yang membutuhkan darah.
         “Beberapa pengalaman yang minta aferesis ada yang meninggal selama nunggu hasil screening. Dari situ aku pikir, harus sedia payung sebelum hujan,” tutur Amalia Medina yang juga pendiri Gerakan Berbagi.
         Bermain dan mengajar anak-anak di bangsal anak RS. Dharmais membuat perempuan yang biasa disapa Ina sering kali terenyuh. Rasa prihatin melihat banyak anak yang harus kehilangan nyawa hanya karena tak memperoleh darah aferesis mengerakan hati Ina untuk membentuk Donor Darah Siaga yang pendonornya haruslah siaga.
         Mengapa harus siaga? Karena darah yang dibutuhkan adalah darah segar. Pendonor harus siap bila sewaktu-waktu diminta untuk mendonor. Proses pendonorannya pun cukup lama yakni sekitar satu setengah sampai dua jam.
         Kesulitan lain yang Ina rasakan untuk mendapatkan orang yang mau menjadi pendonor aferesis ialah persyaratan yang harus dimiliki pendonor aferesis.  “Susah nyari orang yang beratnya di atas 60 kg dan mau jadi pendonor afaresis,” tutur pelatih olah tubuh kesehatan itu.
         Untuk mempermudah proses pencarian pendonor, Ina mengkhususkan pendonor aferesis  adalah laki-laki. Sedangkan bagi pendonor perempuan yang ingin mendonor dialihkan menjadi pendonor darah merah.   
         “Karena kan susah cari perempuan yang beratnya segitu. Selain itu, perempuan yang sedang haid tidak boleh donor. Ya sayang aja kan biayanya sudah screening terus ngga bisa donor,” ujar Ibu yang selalu mengajak anaknya dalam melakukan kegiatan sosial.
         Prosedur donor yang cukup memakan waktu dan biaya yang cukup tinggi membuat Ina harus memikirkan cara yang efisien. Pada awalnya, ia baru mencari pendonor apabila ada yang memerlukan.  Namun, karena proses screening yang lama dan penderita kanker berpacu dengan waktu maka Ina memutuskan untuk melakukan screening pendonor secara periodik tiga bulan sekali di RS. Dharmais.
         Dengan demikian, apabila ada pasien kanker yang membutuhkan darah aferesis Ina tinggal memanggil pendonor yang sudah melakukan screening. Namun, mewujudkan keinginan tersebut tak semudah yang dibayangkan. “Saya sih mengerti yah kenapa jarang yang mau, karena kan dia bisa aja harus cuti, kalau tiba-tiba dipanggil. Apalagi Jakarta macet untuk meluangkan waktu itu butuh pengorbanan,” ujar lulusan Australia Visual Media and Fotography di KVB Collage, itu.
         Hingga saat ini baru 10 orang yang bersedia menjadi pendonor aferesis. Jumlah tersebut tentu masih kurang dan belum memenuhi kebutuhan. Ina pun berharap semakin banyak orang yang bersedia menjadi harapan bagi anak-anak penderita kanker.

No comments:

Post a Comment