Pages

Wednesday, January 29, 2014

Beli Reksa Dana Di mana?

Membeli reksa dana bisa dilakukan di Sekuritas, Manajer Investasi, dan Bank. Berikut penjelaskannya:
1. Sekuritas
Sekuritas atau yang sering disebut sebagai perusahaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha dan memiliki izin Otoritas Jasa Keuangan sebagai Penjamin Emisi Efek (PEE), Perantara Pedagang Efek (PPE), dan atau Manajer Investasi (MI). Tidak semua sekuritas melakukan tiga jenis kegiatan usaha tersebut.

Di sekuritas, Anda bisa beli saham, obligasi dan reksa dana. Namun, setahu saya di sekuritas, Anda hanya bisa beli produk reksa dana yang dimiliki oleh Manajer Investasi mereka sendiri. Misal, di Danareksa Sekuritas, Anda hanya bisa beli produk reksa dana miliki Danareksa Investment Management. Pada umumnya, sekuritas lebih banyak digunakan investor untuk membeli saham dan obligasi.

Jika ingin membeli reksa dana melalui sekuritas, Anda harus membuka rekening efek terlebih dahulu. Untuk membuka rekening pertama kali di kebanyakan sekuritas biasanya Rp5 juta. Menurut saya, jika hanya ingin membeli reksa dana, sebaiknya melalui MI atau bank saja. Berikut data perusahaan efek yang terdaftar di OJK :

2. Manajer Investasi
Manajer Investasi berbeda dengan sekuritas. Di MI, Anda hanya bisa membeli produk reksa dana yang mereka miliki. Karena menjual produknya secara langsung, pada umumnya fee-pembelian dan penjualan yang dikenakan di MI biasanya terbilang lebih kecil daripada di bank.
Berikut daftar Manajer investasi yang terdaftar di OJK : http://aria.bapepam.go.id/

3. Bank
Anda juga bisa membeli reksa dana di bank. Tidak semua bank menjual reksa dana karena bank yang bisa menjual reksa dana hanyalah bank yang memiliki izin sebagai Agen Penjual Reksa dana (APERD). Salah satu kelebihan membeli produk reksa dana di bank ialah, aksesnya yang lebih mudah karena cabang bank jauh lebih banyak dari MI. Selain itu, produk reksa dana yang ditawarkan juga lebih beragam, tidak hanya dari satu MI.

Namun, karena merupakan agen, fee yang dikenakan untuk pembelian reksa dana di bank lebih besar daripada di MI. Biasanya fee pembelian reksa dana di bank berkisar 1%-2%. Namun, menurut saya perbedaannya tidak terlalu signifikan. Karena kalau pun membeli reksa dana di MI, jika bank kustodian-nya berbeda dengan rekening bank yang kita miliki, toh tetap harus mengeluarkan biaya transfer setiap kali menyetor. Namun, Anda tetap harus berhitung cermat. 
Berikut daftar bank yang menjadi Agen Penjual Reksa Dana: http://www.bapepam.go.id/

    Saat ini semakin banyak MI atau pun bank yang memiliki program autoinvest reksa dana. Sistem autoinvest sangat membantu bagi Anda yang ingin berinvestasi secara rutin dan lebih disiplin. Setiap bulan, rekening anda akan otomatis di autodebet untuk membeli produk reksa dana yang telah Anda pilih. Untuk investasi dengan autoinvest ini, tidaklah memerlukan uang dalam jumlah yang besar, yakni dari Rp50 ribu per bulan/ produk reksa dana.


Investasi tidak harus dimulai dengan nominal besar. Buat Anda yang telah berpenghasilan, tentu nominal Rp50 ribu atau Rp100 ribu per bulan tentu bukan nilai yang besar. Toh, sekali ngopi saja sekarang sudah Rp50 ribu. Yuk, jangan ditunda lagi. Demi masa depan yang lebih baik dan melatih kita untuk disiplin mengatur keuangan. 

Pilih Reksa Dana Apa?

Melanjutkan postingan sebelumnya, kali ini saya akan membahas mengenai jenis reksa dana apa yang bagus buat dipilih dan belinya dimana. Berdasarkan jenisnya reksa dana dibagi tiga, reksa dana pendapatan tetap dan pasar uang, reksa dana campuran, dan reksa dana saham.

Sebelum memilih jenis reksa dana yang ingin Anda beli, Anda sebaiknya tahu profil resiko diri Anda. Profil resiko seseorang tersebut dapat Anda ketahui setelah Anda mengisi quesioner ketika Anda ingin membeli reksa dana, baik itu di Manajer Investasi atau pun di bank. Ini merupakan syarat wajib yang harus dilakukan sebelum seseorang membeli reksa dana.

Gambaran umumnya, kalau orang yang ingin dapat keuntungan tinggi dan tidak takut terhadap penurunan yang tinggi pula biasanya disarankan membeli reksa dana saham. Sedangkan orang yang tidak apa-apa mendapat keuntungan yang lebih kecil asalkan resiko penurunannya kecil, disarankan ambil reksa dana pendapatan tetap. Nanti, pihak MI dan Bank akan menjelaskannya kepada Anda. Namun, saran saya, jika memang uang investasinya dipakai lebih dari 3 tahun yang akan datang sebaiknya pilih reksa dana campuran atau saham.

Di tiap jenis reksa dana juga bermacam-macam lagi, misal reksa dana berdasarkan sektornya. Biasanya reksa dana sektoral ini merupakan reksa dana jenis campuran dan saham karena kan mengikuti sektor saham. Sektor saham sendiri terdiri dari :
  • Agrikultur
  • Pertambangan
  • Aneka industri
  • Barang konsumsi
  • Konstruksi
  • Infrastruktur
  • Keuangan
  • Jasa dan perdagangan
  • Manufaktur

Sebagai contoh, reksa dana saham konsumer, portofolio investasinya didominasi oleh saham-saham konsumer seperti Kalbe Farma (KLBF), Mayora Indah (MYOR), dan Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP). Selain berdasarkan sektoral, Manajer Investasi juga membuat produk reksa dana yang berisi saham-saham blue chip atau saham-saham yang berkapitalisasi besar. Ada pula yang kombinasi berbagai sektoral. Selain itu, juga ada reksa dana syariah, yang isi portofolionya merupakan saham-saham berbasih syariah.

Supaya lebih jelas dan reksa dana yang Anda pilih sesuai dengan keinginan, Anda harus baca prospektus terlebih dahulu. Pada umumnya, di tiap prospektus dan laporan produk reksa dana terdapat penjelasan rincian portofolio investasinya (porsi deposito, surat utang, dan saham). Biasanya dijelaskan lima saham yang memiliki porsi terbanyak. Kenapa hanya 5 saham dan tidak semuanya ? karena tiap MI punya dapur dan racikan portofolio reksa dana masing-masing.

Menurut saya, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih reksa dana, khususnya reksa dana campuran dan saham antara lain :
  • Pilih reksa dana yang portofolionya terdiri dari saham-saham yang prospek pertumbuhannya bagus. Di lihat kondisi saat ini, sektor konsumsi, konstruksi, infrastruktur dan keuangan masih jadi sektor yang seksi. Karena pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak ditopang dari konsumsi dalam negeri. Selain itu, pilih juga reksa dana yang terdiri dari saham-saham blue chip.
  • Lihat data historis kinerja reksa dana tersebut. Data tersebut bisa dilihat di prospektus produk reksa dana. Atau, agar lebih mudah membandingkan kinerja antar produk, bisa lihat di www.infovesta.com. Bisa juga pakai tools data milik www.kontan.co.id. Lihat bagaimana kinerja reksa dana tersebut dalam 1, 3 dan 5 tahun terakhir. Pilih yang kinerjanya bagus.
  • Kalau saya, cenderung memilih produk reksdana yang dimiliki oleh Manajer Investasi yang memiliki Asset Under Management (AUM) atau dana kelolaan yang besar, serta sudah lama berdiri. Pemilihan ini, lebih didasarkan atas pengalaman dan kepercayaan yang mereka peroleh dari investor.


Langkah terakhir dan tak kalah penting, jangan ragu apalagi malu untuk bertanya dengan pihak MI dan bank yang menjual reksa dana. Sebagai investor kita berhak mendapat penjelasan sebaik mungkin. Lantas, kalau Anda sudah memilih produk reksa dana yang ingin dibeli, langkah selanjutnya tentu membelinya. Jangan ditunda lagi. Semakin dini berinvestasi, semakin baik.  

Apa itu Reksa dana?

Sudah beberapa kali ini Saya dapat pertanyaan, “Reksa dana apaan sih? Keuntungannya apa?” Dan entah mengapa walau harus menjelaskan berulang kali, tapi saya selalu senang. Itu berarti kesadaran teman-teman tentang pentingnya berinvestasi semakin tinggi. Saya juga pemula dalam berinvestasi. Tapi, kali ini saya coba jelaskan berdasarkan pengalaman saya, baik dari praktik langsung ketika berinvestasi atau pun dari hasil belajar manajemen keuangan dan informasi dari sejumlah narasumber yang pernah saya wawancarai. Semoga bermanfaat.

Berdasarkan UU Pasar Modal, reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor) untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Portofolio efek tersebut bisa berbentuk deposito, surat utang negara, saham, obligasi, atau surat berharga lainnya.

Jadi, uang investor dihimpun dan dikelola oleh Manajer Investasi (MI). MI merupakan lembaga yang memiliki ijin dari Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) kalau sekarang sama OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Jadi, badan yang bisa menghimpun dan mengelola dana masyarakat itu tidak sembarangan dan harus punya izin. Sekarang ini banyak yang menawarkan investasi dengan cara uang investor akan dikelola agar mendapat keuntungan. Coba teliti lagi bentuk lembaganya dan apakah sudah dapat izin resmi. Karena sekarang semakin pihak yang menawarkan investasi bodong.

Dan, jangan mau kalau ada orang atau pihak yang menjanjikan keuntungan investasi dengan nominal yang pasti. Misal, “Sini taro duit di gw, nanti lo dapet untung 100%”. Nah, itu patut dicurigai. Karena tidak ada produk investasi manapun yang bisa menjanjikan keuntungan yang melebihi deposito. Jadi sekarang harus lebih hati-hati dan ingat selalu prinsip investasi “HIGH RISK, HIGH RETURN”. Makin tinggi hasil keuntungan yang bisa didapat, makan semakin besar juga resiko gagalnya. 

Nah, sebelum masuk lebih jauh, kita coba pakai sudut pandang yang lebih luas supaya pemahaman soal reksa dana bisa lebih komplit. Reksa dana itu salah satu jenis investasi. Lantas,  Mengapa kita harus berinvestasi? Investasi itu penting untuk mendapatkan nilai tambah dari harta yang kita miliki agar tidak tergerus inflasi.

Apa sih inflasi? Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum mengalami kenaikan secara terus menerus atau terjadi penurunan nilai uang. Contoh gampangnya, harga tempe, beras, tahu, dan rumah terus naik. Tapi apa kalau uang kita kalau kita diamkan selama dua tahun bisa naik nilainya? Justur, nilai uang kita malah berkurang.

Misal, dua tahun lalu harga beras Rp5000 per liter. Berarti beli beras Rp100 ribu bisa dapat 20 liter. Sekarang harga beras yang sama udah Rp10.000. Dengan uang Rp100 ribu kita hanya dapat 10 liter. Nah, kelihatan nyata kan kalau nilai uang yang kita miliki nilai rill-nya terus berkurang karena inflasi. Itu baru beras, belum yang lain, seperti pendidikan yang pertahunnya rata-rata naik 20%.

Nah, itulah sebabnya kita butuh investasi, bukan sekedar menabung. Tapi investasi juga jangan sembarangan. Bagi Anda yang ingin ingin berinvestasi, pertama-tama tanya dulu sama diri sendiri, investasi itu tujuannya untuk apa. Apa buat nikah, beli rumah, sekolah lagi, pensiun, atau kebutuhan lainnya. Dari tujuan itu, kita bisa ukur, kira-kira kita butuh waktu berapa lama ngumpulin duit dan investasinya supaya hasilnya maksimal. Misal mau beli rumah tiga tahun lagi, atau buat pensiun yang 20 tahun lagi.

Kalau sudah tahu investasinya untuk apa, baru deh pilih jenis investasinya. Investasi ada macam-macam, mulai dari yang jangka pendek sampai yang jangka panjang. Investasi jangka pendek, misalnya deposito, reksa dana. Investasi jangka panjang, seperti properti, emas, reksa dana, saham. Nah lo, jadi sebenernya reksa dana itu investasi jangka panjang atau pendek?

Jangka waktu investasi reksa dana dipengaruhi oleh portofolio investasi di dalam reksa dana itu. Reksa dana sendiri ada empat jenis, yaitu :
  1. Reksa dana pasar uang. Investasinya dilakukan pada efek bersifat utang yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun.
  2. Reksa dana pendapatan tetap. Isinya setidaknya 80%-nya efek bersifat utang. Yang dimaksud efek bersifat utang, yaitu seperi deposito, obligasi, dan SUN. Nah, yang ini resikonya paling kecil tapi return atau hasil investasinya juga tidak terlalu besar. Biar begitu, returnnya masih di atas bunga deposito. Jangka waktu investasi sekitar 1 tahun. Mereka yang memilih jenis RD ini biasanya menginginkan tingkat keuntungan yang stabil.
  3. Reksa dana campuran. Pembagian kasar portofolionya 50% saham, 50% deposito, obligasi dan SUN. Tapi tiap produk beda-beda. Resikonya dan hasil investasinya juga lebih besar dari pendapatan tetap. Jenis reksa dana ini cocok buat Anda yang ingin dapat hasil investasi lumayan tapi juga tidak mau terlalu ambil resiko. Jangka waktu investasi 3-5 tahun. 
  4. Reksa dana Saham. Sekitar 80%nya saham, sisanya baru deposito, obligasi dll. Jenis sahamnya juga macam-macam. Jenis reksa dana ini resikonya yang paling besar, tapi hasilnya juga paling besar.  Reksa dana saham cocok buat Anda yang masih muda dan berani ambil resiko. Kenapa masih muda? Karena kan kalau ada apa-apa Anda masih punya waktu buat kerja dan nyari duit lagi. Beda sama orang yang udah umur 50 tahun dan duitnya buat pensiun. Kan kalau sahamnya anjlok, susah juga buat kerja lagi. Jangka waktu investasi diatas 5 tahun.
Catatan : Jangka waktu investasi tersebut ialah jangka waktu yang ideal untuk dapat return yang maksimal. Tapi, soal kepuasan atas return yang diperoleh kembali lagi pada tiap individu.

Jenjang resiko investasi itu gambaran umumnya : deposito - surat utang (obligasi) - saham. Makin ke kanan makin besar resikonya, makin besar potensi keuntungannya (High Risk, High Return). Kalau deposito kan udah pasti tuh dapet 10% misalnya. Tapi kalau saham, bisa naik sampai 50%, tapi bisa juga anjlok 50%.

Nah, enak kan dapet produk investasi komplit tanpa perlu pusing mikirin fruktuasi harga saham. Karena Manajer Investasi juga pasti berusaha mengelola produk reksa dana mereka supaya kinerjanya bagus. Toh makin mengkilap kinerja reksa dananya, makin banyak kan yang pengen beli reksa dananya.

Menurut saya, Reksa dana itu ibarat rujak. Beli sebungkus rujak, Anda dapat mangga, bengkoang, timun, nanas, jambu, dan sambel. Selain dapat buah bermacam-macam dengan harga murah, Anda juga tidak perlu ribet potong buahnya. Beli reksa dana, Anda bisa punya berbagai saham, punya deposito, dan punya surat utang. Anda juga tidak perlu pusing memikirkan fruktuasi harga saham yang hari ini bisa turun terjun bebas atau pun besok naik tinggi. Porsi berapa besar deposito, surat utang, saham itu urusan Manager Investasi. Anda tinggal pilih aja produk reksa dana yang kinerjanya bagus. (Liat pembahasan Pilih Reksa dana apa).

Lah terus untungnya beli reksa dana apa? Dan apa resikonya?

Keuntungan yang bisa diperoleh dari membeli reksa dana ialah kenaikan nilai Net asset value (NAV) atau Net aktiva bersih (NAB) per unit. Kalau beli saham kan per lot. Kalau reksa dana per unit. Sebagai simulasi, Anda beli reksa dana A dengan Net asset value (NAV) per unit Rp1000. Anda beli Rp 150.000, kan dapet 150 unit. Tiga tahun kemudian, NAB/Unit penyertaan reksa dana A Rp1400. Kalo Anda mau jual reksa dana A berarti Anda dapat Rp210.000 (150 xRp1400 = Rp 210.000).
Berarti dalam tiga tahun Anda dapat untung 40% --> (210.000-150.000)/150.000 x100% = 40%)

Namun, Namun, seperti jenis investasi lainnya, reksa dan juga memiliki resiko. Resikonya ialah berkurangnya nilai NAV per unit. Ini karena portofolio investasi reksa dana yang terdiri dari beragam produk efek pasar modal, dimana pasar modal juga terus berfluktuasi. Sebagai contoh, hari ini Reksa dana A naik 0,1%, besok naik 0.7%, besok turun 0,4%. Begitu seterusnya bergantung kondisi pasar.

Nah, itu sebabnya untuk mendapatkan hasil maksimal, sebaiknya reksa dana dilakukan untuk jangka panjang, khususnya untuk reksadana campuran dan saham. Karena secara historis, semakin lama jangka waktu investasi, maka hasilnya akan lebih maksimal.

Sebagai gambaran keuntungan dari reksa dana, berikut index reksa dana dari www.infovesta.com :

Index Reksa Dana
Index
1 tahun
3 tahun
5 tahun
Reksa dana Pendapatan Tetap
-4,67%
16,65%
46,31%
Reksa dana Pendapatan Campuran
-0,76%
15,56%
103,89%
Reksa dana Saham
-1,39%
17,75%
183.9 %

Sebagai catatan, kinerja masa lalu bukan acuan kinerja di masa depan. Karena kan situasinya juga berbeda. Tapi historis tidak pernah bohong. Salah satu indikator yang saya gunakan dalam memilih reksa dana itu ya dari bagaimana kinera masa lalunya.

Untuk tahu lebih jauh tentang bagaimana memilih reksadana dan beli dimana, silahkan baca :  Pilih Reksa dana Apa? dan Beli Reksa dana di mana?
Selamat bernvestasi.... J





Sunday, December 22, 2013

Tahun Politik, Bursa Lebih Cantik ?

Desember 2013, sebentar lagi akan berakhir. Tahun ini seakan jadi langit mendung bagi para investor di bursa saham. Ya, tahun ini bursa mengalami goncangan yang begitu hebat. Bahkan, IHSG yang sempat melejit hingga level Rp5200-an, harus melorot hingga 3800 di akhir Agustus. Investor asing menarik dana secara besar-besaran. Namun, perlahan bursa mulai bangkit. Jumat (20/12), IHSG ditutup di level Rp4195.

Jelas ini angka yang jauh dari harapan. Prediksi banyak analis di awal tahun ini yang memperkirakan bursa akan ditutup dikisaran Rp5000 pun harus patah. Mereka pun ramai-ramai mengoresi prediksi tersebut. Dengan kondisi seperti ini, banyak analis memprediksi bursa tahun ini hanya akan mencapai Rp4300.

Bursa saham Indonesia memang masih labil. Terlalu bergantung pada investor asing dan isu global. Lantas bagaimana bursa tahun depan?

Jika dihitung, IHSG sejak Mei 2013 hingga Desember 2013 sudah terdiskon lebih dari 20%. Bahkan, tak sedikit saham menarik yang banting harga. Bukankah, ini sebetulnya peluang bagus?

Banyak yang bilang "tunggu dulu lah, tunggu turun lagi." Tapi, ketika harga tiba-tiba naik, langsung panik. Bagi, Anda yang memang ingin berinvestasi jangka panjang tentu ini peluang bagus. Jika hitung-hitungan Anda masih ada kemungkinan harga saham akan turun, tapi takut tiba-tiba naik, Anda bisa melakukan cost averaging atau bagi yang masih memegang saham dan ingin menambah, bisa melakukan averaging down.

Dari diskusi dengan beberapa analis minggu lalu, semuanya sepakat kuartal I 2014 jadi momen yang tepat untuk akumulasi. Beberapa memprediksi IHSG di 2014 bisa tembus Rp4800-Rp5000. Tapi, tetap saja, angka bagus tersebut masih bergantung banyak hal. Mulai dari rupiah, kebijakan stimulus The Fed, data industri di China, pemulihan ekonomi Eropa dan lain-lain. Ya, maklumlah kita kan negara kaya yang masih bergantung sama orang luar. Kemandirian ekonomi belum Ada (kalau bahas ini panjang lagi.. nanti kesel sendiri).

Tapi salah satu yang paling berpengaruh di 2014 tentulah pemilu legislatif dan presiden. Dan kebanyakan analis optimis bursa bisa kinclong di 2014, apalagi kalau Jokowi yang jadi presidennya. Bahkan, investor asing juga ingin sekali Jokowi yang naik jadi presiden. Ada analis yang cerita, pernah ada fund manager dari Amerika yang datang ke suatu seminar di Jakarta hanya karena ingin melihat langsung sosok Jokowi.

Tahun politik memang menarik. Data historis menunjukan, di setiap tahun pelaksanaan pemilihan umum, performa bursa sangat mengkilap. Sepanjang 1999 bursa naik 70%, di 2004 naik 45%, dan di 2009 naik 87%.

Nah, tunggu apalagi. Waktunya akumulasi dan banyak berdoa tahun 2014 bisa secantik tahun politik sebelumnya.

Monday, October 21, 2013

Membuat Ide Bekerja

Berbagai ide kreatif dan inovatif di dunia digital industri yang Andi Surja Boediman temui menjadi pijakan awalnya dalam mengibarkan Ideosource. Digital venture capital ini pun tumbuh dengan orientasi global dengan menggandeng perusahaan dan investor, baik lokal maupun luar negeri.

Oleh Resi Fahma G.

Siang di akhir bulan lalu, kami – reporter dan fotografer Fortune Indonesia, memiliki janji bertemu dengan Andi Surja Boediman di sebuah restoran, di mall Plaza Senayan. Dengan kemeja merah kotak-kotak dan celana jeans, sosoknya terlihat santai. Ketika kami datang, ia sedang berbincang dengan seorang mitra bisnisnya. “Sebentar ya, saya selesaikan dulu,” ujar Andi. Tak lama berselang, ia pun menghampiri kami dan memulai perbincangan.

Rapat, baik di kantor atau pun di luar kantor memang menjadi bagian yang tak terpisahkan baginya. Mulai dari membahas potensi perusahaan yang akan ia beri modal, hingga operasional dan managemen perusahaan tersebut. Ya, Andi memang tengah sibuk menyeleksi sejumlah start up untuk diberi investasi modal oleh Ideosource, venture capital yang ia dirikan sejak Juli 2011.

Bertemu dengan banyak pendiri perusahaan yang kreatif dan inovatif menjadi ide awal baginya untuk mendirikan venture capital. Itu pula yang menjadi dasar penamaan Ideosource. Pengalamannya sebagai Chief Innovation Officer (CIO) plasa.com, anak usaha PT Telkom Indonesia, menjadi pijakan sekaligus memperkaya perspektifnya dalam berinovasi. Menurutnya, butuh sinergi yang tepat dalam mengembangkan sebuah produk digital, baik secara top down ataupun bottom up. “Saya percaya dua-duanya perlu lahir. Makanya saya buat ideosource,” Ujar Direktur PT Ideosource Asia ini.  Oleh sebab itu, Ideosource tak sekedar memberikan pendanaan, namun juga memberikan nilai lain, yaitu bimbingan, kemitraan strategis, dan inkubasi.

Bagi startup yang belum memiliki managemen solid, Ideosource akan melakukan inkubasi dengan memberikan bantuan pengelolaan managemen, dukungan bisnis, serta akses ke pasar. Selain itu, juga dilakukan bimbingan dan kemitraan strategis.

Sehingga selain memberikan modal, ia juga memberikan masukan dan membantu pengembangkan perusahaan, mulai dari membantu memberikan akses jaringan dan pasar hingga mengawasai pengelolaan perusahaan. “Kita ketemu tiap minggu, kita bantub apa itu channel, revenue, legalaccess to marketproduct. Jadi setiap angle kita ajak ngobrol. Kita bimbing,“ jelas Andi

Sekitar 200 perusahaan telah ia temui. Puncaknya, tahun 2012 lalu saat Ideosource Incubation Audition, ajang pencarian enterpreneur digital industri berbakat. Dalam acara tersebut ia menyeleksi 150 startup di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Malang. “Capenya industrinya masih baru. Cape keliling-keliling, cape ketemu. Ya bayangin aja dari 150, terpilih 50, ujung-ujungnya 6 yang diinvestasikan,” ujarnya. “Apa ga cape itu? Ya memang ada gep. Ya tapi harus dijalanin. Enaknya 3-5 tahun lagi. Tapi kalau saya mulainya nanti 3-5 tahun ya telat.”

Bukan perkara mudah menemukan perusahaan yang akan dijadikan mitra bisnis. Bagi Andi, terdapat tiga  faktor penting dalam memilih perusahaan atau pun start up. Pertama, value founder. “Aura saat ketemu penting banget bagi saya. Saya bisa lihat orang ini bisa cocok atau ngga. Pertemuan pertama itu penting banget,” tuturnya. Selain itu, kemampuan fundamental, baik pengalaman maupun pengetahuan dan pemahaman market yang baik juga menjadi penilaian penting.

Hingga saat ini, Ideosource telah memiliki 10 portofolio. Perusahaan pertama yang diberi suntikan modal yaitu TouchTen, game developer lokal berbasis iOS yang berhasil menembus pasar luar negeri. Game yang dikembangkan perusahaan itu antara lain, Sushi Chain dan Infinite sky. Portofolio investasi lainnya, yaitu Kark, platform edukasi mobile dan Saqina.com, startup e-commerce yang fokus menjual busana muslim.

Tak hanya perusahaan dalam negeri, Ideosource juga menggaet perusahaan digital dari Singapura, yaitu Gimmieworld, yang fokus pada platform user loyalty and reward. Sedangkan enam perusahaan lainnya berasal dari pemenang Ideosource Incubation Audition. “ Yang enam ini masih dalam persiapan, Maret baru akan di-publish,” ujarnya. Namun, Andi enggan menyebutkan nilai investasi di masing-masing perusahaan tersebut.

Perusahaan yang memiliki modal awal US$ 5 juta tersebut memiliki klasifikasi tersendiri dalam memberikan dana. Pendanaan pertama bagi perusahaan kecil, yaitu sekitar US$ 200 ribu. Untuk pendanaan berikutnya, saat perusahaan sudah memiliki bisnis model yang baik akan diberi US$200-500 ribu. Dan pendanaan ketiga, yaitu untuk memperbesar skala perusahaan, dimana pendapatan perusahaan juga sudah cukup besar. Jumlah dana di fase ini, bergantung pada kebutuhan.

Managemen Ideosource terbilang ramping dengan tim yang kurang dari 10 orang. Selain Andi, juga terdapat Edward Ismawan Chamdai, serta Andrias Ekoyuono sebagai Vice President Business Development, dan Sugiono Wiyono sebagai investment committee. “Yang lainnya lebih ke tim operation,” ujar Andi.

Andi mengatakan tak seluruh perusahaan digital industri membutuhkan modal uang. Gimmieworld misalnya. Perusahaan asal Singapura tersebut membutuhkan strategic value berupa akses ke pasar untuk memperluas jaringan dan penetrasi ke dalam negeri. Namun, untuk sinergi kerjasama Ideosource melakukan investasi ke Gimmieworld. “Value uang penting. But it’s not the reason why you work with us. Yang punya uang lebih besar dari kita banyak, tapi yang punya value seperti kita sulit.” ujar.

Visi global yang dimiliki Andi menggiring Idosource tak hanya menjadi digital investment lokal, tetapi juga menggaet perusahaan dari luar negeri. Tak berhenti sampai disitu, Ideosource - kini modalnya masih berasal dari dua investor lokal, juga tengah menjajaki investor dari luar negeri, seperti Amerika dan Jepang.

Ia menargetkan hingga 2016, dapat mengumpulkan modal investasi sekitar US$20 juta – 30 juta. Dana tersebut akan diinvestasikan kepada sekitar 30-40 perusahaan, bergantung pada skala perusahaan. Melalui sistem venture capitalreturn on investment dapat dicapai sekitar 5 tahun. Perusahaan juga akan mendapatkan management fee. Kemudian setelah pay back period dan dipotong hurdle rate (tingkat keuntungan yang dipersyaratkan atau yang diharapkan), venture capital juga akan mendapat laba 20%.  

Ideosource memiliki porsi saham minoritas sekitar 30% diperusahaan dan duduk di kursi komisaris. “Kita belum mau terlibat di operation. Biar mereka juga membuktikan diri mereka dulu dalam mengoperasikan perusahaan,” ujar Andi.  

Digital industri secara keseluruhan merupakan industri yang masih cukup muda. Infrastruktur dan ekosistem digital Indonesia yang masih jauh tertinggal dibandingkan negara lain memang jadi tantangan besar bagi para pengusaha start up. Meskipun begitu, besarnya pasar di indonesia mampu menjadi magnet bagi banyak orang untuk berlomba membentuk startup.

Bahkan, Daniel Haryanto, Pengamat digital media dari Prasetya Mulya mengatakan pertumbuhan startup digital industri dalam dua tahun terakhir mengalami lonjakan yang sangat tinggi. Hal ini dipacu oleh makin tingginya penggunaan smartphone dan akses internet. Salah satu startup yang berkembang pesat adalah konten, yang terdiri dari 40% informasi dan 60% game.

Menurut Daniel, memang tidak ada data pasti jumlah startup digital saat ini. Namun, dari sejumlah sumber yang ia ketahui terdapat sekitar 1500 startup. Ia memperkirakan pertumbuhan jumlah startup di tahun ini bisa mencapai 50%. “setiap hari itu keluar lagi yang baru,” ujarnya.

Namun, sayangnya tak semua startup mampu bertahan lama. Kurangnya komitmen pendiri, ketidaksabaran, dan managemen yang buruk menjadi bagian dari penyebab tutupnya startup. Selan itu, sulitnya memperoleh sumber modal juga menjadi tantangan bagi startup. Dari sisi perbankan yang konservatif dengan persyaratan dan birokrasi yang sulit, membuat ruang gerak startup untuk memperoleh modal sangat sempit.

“Investor lokal terhadap startup itu belum seperti di luar negeri. Umumnya masih koservatif berpikirnya : berani kasih untung berapa, balik berapa tahun. Konglomerasi besar kan banyak uang, tapi kurang berani untuk inject money,” ujarnya.

Menurut Daniel, dalam kondisi seperti ini, venture capital memiliki peran penting dalam pengembangan startup. Tak sekedar memberi bantuan dalam hal uang, tapi juga bimbingan dan inkubasi bagi para pengusaha baru untuk dapat mengembangkan startup. Namun, sayangnya pertumbuhan venture capital berbasis digital industri masih terbilang rendah yaitu 10% pertahun. “Kebanyakan Venture capital itu masih melihat usaha yang real, yang terlihat barang jualannya dan besaran untungnya,” ujarnya.

Besarnya pertumbuhan startup mendorong kebutuhan modal yang juga besar. Bahkan, menurut Daniel, kini muncul tren situs crowdfounding yang menjadi solusi dalam merealisasikan ide kreatif, bukan hanya bagi digital industri, tapi juga industri kreatif. Situs tersebut akan menghimpun dana sebanyak mungkin orang untuk merealisasikan ide kreatif.

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Fortune Indonesia, Vol.57