Sudah beberapa kali ini Saya
dapat pertanyaan, “Reksa dana apaan sih? Keuntungannya apa?” Dan entah mengapa walau harus menjelaskan berulang kali, tapi saya selalu
senang. Itu berarti kesadaran teman-teman tentang pentingnya berinvestasi semakin tinggi. Saya juga pemula dalam berinvestasi. Tapi, kali ini saya coba jelaskan
berdasarkan
pengalaman saya, baik dari praktik
langsung ketika berinvestasi atau pun dari hasil belajar manajemen keuangan dan informasi dari sejumlah narasumber yang
pernah saya wawancarai. Semoga bermanfaat.
Berdasarkan UU Pasar Modal, reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor) untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Portofolio efek tersebut bisa berbentuk deposito,
surat utang negara, saham, obligasi, atau surat berharga lainnya.
Jadi, uang investor dihimpun dan dikelola oleh Manajer
Investasi (MI). MI merupakan lembaga yang
memiliki ijin
dari Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) kalau sekarang sama OJK (Otoritas
Jasa Keuangan). Jadi, badan yang bisa menghimpun dan mengelola dana masyarakat itu
tidak sembarangan dan harus punya izin. Sekarang ini banyak yang menawarkan investasi dengan cara uang investor
akan dikelola agar mendapat keuntungan. Coba teliti lagi bentuk lembaganya dan
apakah sudah dapat izin resmi. Karena sekarang
semakin pihak yang menawarkan investasi bodong.
Dan, jangan mau kalau ada orang atau pihak yang menjanjikan keuntungan investasi dengan nominal yang
pasti. Misal, “Sini taro duit di gw, nanti lo dapet untung 100%”. Nah, itu patut dicurigai. Karena tidak ada produk investasi manapun yang bisa menjanjikan keuntungan yang melebihi deposito.
Jadi sekarang harus lebih hati-hati dan ingat selalu prinsip investasi “HIGH
RISK, HIGH RETURN”. Makin tinggi hasil keuntungan yang bisa didapat, makan semakin besar juga resiko gagalnya.
Nah, sebelum masuk lebih jauh, kita coba pakai sudut
pandang yang lebih luas supaya pemahaman soal reksa dana bisa lebih komplit. Reksa
dana itu salah satu jenis investasi. Lantas, Mengapa
kita harus
berinvestasi? Investasi itu penting untuk mendapatkan nilai tambah dari harta
yang kita miliki agar tidak tergerus inflasi.
Apa sih inflasi? Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga
barang secara umum mengalami kenaikan secara terus menerus atau terjadi
penurunan nilai uang. Contoh gampangnya, harga tempe, beras, tahu, dan rumah terus naik. Tapi apa kalau uang kita kalau kita diamkan selama dua tahun bisa naik nilainya? Justur, nilai uang kita malah berkurang.
Misal, dua tahun lalu harga beras Rp5000 per liter. Berarti
beli beras Rp100 ribu bisa dapat 20 liter. Sekarang harga beras yang sama udah
Rp10.000. Dengan uang Rp100 ribu kita hanya dapat 10 liter. Nah,
kelihatan nyata kan kalau nilai uang yang kita miliki nilai rill-nya terus
berkurang karena inflasi. Itu baru beras, belum yang lain, seperti pendidikan
yang pertahunnya rata-rata naik 20%.
Nah, itulah sebabnya kita butuh investasi, bukan sekedar menabung. Tapi investasi juga jangan sembarangan. Bagi Anda yang ingin ingin berinvestasi, pertama-tama tanya
dulu sama diri sendiri, investasi itu tujuannya untuk
apa. Apa buat nikah, beli rumah, sekolah lagi, pensiun, atau kebutuhan lainnya.
Dari tujuan itu, kita bisa ukur, kira-kira kita butuh waktu berapa lama ngumpulin
duit dan investasinya supaya hasilnya
maksimal.
Misal mau beli rumah tiga tahun lagi, atau buat pensiun yang 20 tahun lagi.
Kalau sudah tahu investasinya untuk apa, baru deh pilih
jenis investasinya. Investasi ada macam-macam, mulai dari yang jangka pendek
sampai yang jangka panjang. Investasi jangka pendek, misalnya deposito, reksa dana. Investasi jangka panjang, seperti properti, emas, reksa
dana, saham. Nah lo, jadi sebenernya reksa dana itu investasi jangka panjang atau pendek?
Jangka waktu investasi reksa dana dipengaruhi oleh
portofolio investasi di dalam reksa dana itu. Reksa dana sendiri ada empat jenis, yaitu :
- Reksa dana pasar uang. Investasinya dilakukan pada efek bersifat utang yang jatuh temponya kurang dari
1 tahun.
- Reksa dana pendapatan tetap. Isinya setidaknya
80%-nya efek bersifat utang. Yang dimaksud efek bersifat utang, yaitu seperi
deposito, obligasi, dan SUN. Nah, yang ini
resikonya paling kecil tapi return atau hasil investasinya juga tidak terlalu
besar. Biar begitu, returnnya masih di atas bunga deposito. Jangka waktu investasi sekitar 1
tahun. Mereka yang memilih jenis RD ini biasanya menginginkan tingkat
keuntungan yang stabil.
- Reksa dana campuran. Pembagian kasar portofolionya 50%
saham, 50% deposito, obligasi dan SUN. Tapi tiap produk beda-beda. Resikonya
dan hasil investasinya juga lebih besar dari pendapatan tetap. Jenis reksa dana
ini cocok buat Anda yang ingin dapat hasil investasi lumayan tapi juga tidak
mau terlalu ambil resiko. Jangka waktu investasi 3-5 tahun.
- Reksa dana Saham. Sekitar 80%nya saham, sisanya
baru deposito, obligasi dll. Jenis sahamnya juga macam-macam. Jenis reksa dana
ini resikonya yang paling besar, tapi hasilnya juga paling besar. Reksa dana saham cocok buat Anda yang masih
muda dan berani ambil resiko. Kenapa masih muda? Karena kan kalau ada apa-apa Anda
masih punya waktu buat kerja dan nyari duit lagi. Beda sama orang yang udah
umur 50 tahun dan duitnya buat pensiun. Kan kalau sahamnya anjlok, susah juga
buat kerja lagi. Jangka waktu investasi diatas 5
tahun.
Catatan : Jangka waktu investasi tersebut ialah jangka
waktu yang ideal untuk dapat return
yang maksimal. Tapi, soal kepuasan atas return
yang diperoleh kembali lagi pada tiap individu.
Jenjang resiko investasi itu gambaran umumnya : deposito -
surat utang (obligasi) - saham. Makin ke kanan makin besar resikonya, makin besar potensi keuntungannya
(High Risk, High Return). Kalau deposito kan udah pasti tuh dapet 10% misalnya.
Tapi kalau saham, bisa naik sampai 50%, tapi bisa juga anjlok 50%.
Nah, enak kan dapet produk investasi komplit tanpa perlu
pusing mikirin fruktuasi harga saham. Karena Manajer Investasi juga pasti
berusaha mengelola produk reksa dana mereka supaya kinerjanya bagus. Toh makin
mengkilap kinerja reksa dananya, makin banyak kan yang pengen beli reksa dananya.
Menurut saya, Reksa dana itu ibarat rujak. Beli sebungkus
rujak, Anda dapat mangga, bengkoang, timun, nanas, jambu, dan sambel. Selain
dapat buah bermacam-macam dengan harga murah, Anda juga tidak perlu ribet potong
buahnya. Beli reksa dana, Anda bisa punya berbagai saham, punya deposito, dan
punya surat utang. Anda juga tidak perlu pusing memikirkan fruktuasi harga saham yang hari ini bisa turun terjun bebas atau pun besok naik tinggi. Porsi berapa besar
deposito, surat utang, saham itu urusan Manager Investasi. Anda tinggal pilih
aja produk reksa dana yang kinerjanya bagus. (Liat pembahasan Pilih Reksa dana
apa).
Lah terus untungnya beli reksa dana apa? Dan apa
resikonya?
Keuntungan
yang bisa diperoleh dari membeli reksa dana ialah kenaikan nilai Net asset
value (NAV) atau Net aktiva bersih (NAB) per unit. Kalau beli saham kan per lot.
Kalau reksa dana per unit. Sebagai
simulasi, Anda
beli reksa dana A dengan Net asset value (NAV)
per unit Rp1000.
Anda beli Rp 150.000, kan dapet 150 unit. Tiga tahun kemudian, NAB/Unit
penyertaan reksa dana A Rp1400. Kalo Anda mau jual reksa dana A berarti Anda
dapat Rp210.000 (150 xRp1400 = Rp 210.000).
Berarti dalam tiga
tahun Anda
dapat untung 40% --> (210.000-150.000)/150.000
x100% = 40%)
Namun,
Namun, seperti jenis investasi lainnya, reksa dan juga memiliki resiko.
Resikonya ialah berkurangnya nilai NAV per unit. Ini karena portofolio
investasi reksa dana yang terdiri dari beragam produk efek pasar modal, dimana
pasar modal juga terus berfluktuasi. Sebagai contoh, hari ini Reksa dana A naik
0,1%, besok naik 0.7%, besok turun 0,4%. Begitu seterusnya bergantung kondisi
pasar.
Nah,
itu sebabnya untuk mendapatkan hasil maksimal, sebaiknya reksa dana dilakukan
untuk jangka panjang, khususnya untuk reksadana campuran dan saham. Karena
secara historis, semakin lama jangka waktu investasi, maka hasilnya akan lebih
maksimal.
Sebagai gambaran keuntungan dari reksa dana, berikut index
reksa dana dari www.infovesta.com :
Index Reksa Dana
Index
|
1 tahun
|
3 tahun
|
5 tahun
|
Reksa dana Pendapatan Tetap
|
-4,67%
|
16,65%
|
46,31%
|
Reksa dana Pendapatan Campuran
|
-0,76%
|
15,56%
|
103,89%
|
Reksa dana Saham
|
-1,39%
|
17,75%
|
183.9 %
|
Sebagai catatan, kinerja masa lalu bukan acuan kinerja di
masa depan. Karena kan situasinya juga berbeda. Tapi historis tidak pernah
bohong. Salah satu indikator yang saya gunakan dalam memilih reksa dana itu ya
dari bagaimana kinera masa lalunya.
Selamat bernvestasi.... J